MAMUJU (pelitapagi.com) Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulawesi Barat menggelar KPID Expo. Sejumlah item kegiatan digelar di event yang dilaksanakan di Matos Mall Mamuju, Jumat (23/05/2025)
Mulai dari lomba pembaca berita, sosialisasi dan talkshow penyiaran, hingga launching program early warning system kebencanaan melalui siaran televisi digital digelar di event tersebut. Mu,min, Ketua KPID Sulawesi Barat menguraikan, event tersebut merupakan upaya KPID dalam membumikan dunia penyiaran kepada masyarakat.
“Utamanya bagi generasi muda. Terlebih jika kita mencermati kondisi kekinian dimana arus informasi dengan begitu cepatnya dapat diakses. Kami ingin memberi penegasan bahwa tanpa literasi yang baik, kondisi di atas dapat berdampak buruk bagi generasi muda kita,” terang Mu,min, Jumat (23/05).
Ruang Medsos Mesti Disentuh
Pelaksanaan KPID expo ini mendapat apresiasi dari akademisi. Rahmat Idrus, akademisi UNIKA Mamuju itu menjelaskan, kegiatan tersebut diyakini bakal memberi manfaat bagi dunia penyiaran di Sulawesi Barat.
“Utamanya karena sasarannya adalah generasi muda. Sebuah segmen yang menurut saya mesti diintervensi,” ujar Rahmat Idrus.
Rahmat Idrus yang praktisi hukum itu berharap agar revisi undang-undang penyiaran yang saat ini masih berproses dapat memberi ruang lebih kepada KPI dalam memastikan setiap konten siaran telah sesuai dengan P3-SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran).
“Dalam hal ini, setiap konten yang disiarkan di ruang-ruang platform media sosial. Menurut saya, memang sudah mesti diatur lebih ideal lagi,” tutur Rahmat
Problemnya, masih oleh Rahmat, bagaimana agar kebijakan itu tidak bertentangan dengan prinsip kebebasan berpendapat. Regulasi mesti dengan jelas mengatur jalan tengah antara kebebasan berpendapat dan konten yang mesti tundur pada P3-SPS.
“Saya kira, poin itu yang akan jadi salah satu diskusi utamanya. Tapi bagi saya, memang sudah saatnya lalu lintas informasi atau konten yang disiarkan di beberapa platform itu disentuh oleh KPI. Bukan dalam artian mengintervensi, tapi bagaimana agar setiap konten yang disiarkan itu memang telah sesuai dengan budaya, agama, serta nilai sosial yang berlaku di kita,” pungkas Rahmat Idrus.(adv)